Tampilkan postingan dengan label nasi padang. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label nasi padang. Tampilkan semua postingan

Minggu, 03 Juni 2012

Menu Buruh Indonesia di Kantin Pabrik


kantin pabrik

Ada banyak konsep dalam penyediaan makan untuk buruh pabrik di Indonesia yang berbeda dengan konsep kantin sekolah yang sehat. Ada yang berkonsep catering dengan setiap hari menu berganti, ada yang berkonsep ala prasmanan dan ada yang berkonsep ala warteg.

Konsep catering merupakan pilihan yang mudah bagi pihak manajemen pabrik, tinggal bekerja sama dengan perusahaan penyedia jasa katering sehat dan setiap harinya/setiap shiftnya  pihak katering sehat akan mengantarkan pesanan sesuai dengan jumlah buruh yang ada. Menu makanan dalam masakan catering biasanya terdiri nasi putih, sayur, lauk dan buah. Dalam hal ini buruh tidak bisa neko-neko untuk memilih makanan yang sesuai dengan seleranya. 

Yang lapar silakan makan dan yang tidak sesuai dengan seleranya biasanya membawa makanan sendiri dari rumah, sedang jatahnya akan diberikan kepada kawannya yang mau. 

Sedang konsep prasmanan dan ala warteg,  biasanya ada orang pribadi di luar pabrik (bukan buruh di pabrik tersebut), yang  mengajukan diri kepada pihak manajemen pabrik, tentunya dengan kompensasi sewa, untuk mengelola kantin pabrik. 

kantin pabrik
Menu masakan pada konsep prasmanan/ala warteg di pabrik pada siang hari (jam makan siang) biasanya akan beraneka ragam menunya, masih fresh dan akan ada banyak pilihan menu makan siang untuk buruh pabrik . Karena pada jam makan siang, banyak pembesar pabrik dari tingkat manajer hingga supervisor yang makan siang di kantin pabrik. Namun hal ini biasanya juga, akan berbalik 180 derajat ketika jam makan malam ( untuk shift 2) dan jam makan dini hari (untuk shift 3), menunya tidak selengkap waktu jam makan siang, masakannya tidak fresh lagi alias sudah hangatan, karena para pembesar-pembesar pabrik sudah pulang. Dan kadang-kadang sisa masakan kemarin yang belum habis di jual lagi di shift 2 atau shift 3. Bahkan jika pengelola kantinnya tidak jeli masakan yang sudah ada belatungnya kerap kali masih di pajang dan di jual.

Menu makan para ekspatriat/tenaga kerja asing/expat yang bekerja pabrik di Indonesia sebagai Direktur, Manajer dan advisor tentu berbeda dengan menu makan para buruh local. Mereka ini para ekspatriat biasanya telah memesan menu khusus yang akan tersedia setiap jam makan siang tiba. Dan mereka ini lebih memilih tempat makan bukan di kantin pabrik, tetapi ada ruangan sendiri di dalam office pabrik.

Uang makan bagi buruh pabrik biasanya dibedakan berdasar klasifikasi kepangkatannya dalam struktur organisasi di pabrik. Besaran uang makan karyawan yang berpangkat sebagai manajer tentu akan berbeda dengan besaran uang makan operator produksi. Mungkin faktor latar belakang pekerjaannya yang berbeda, si buruh berpangkat manajer dituntut untuk terus berfikir demi kemajuan pabrik, sedang si buruh operator dituntut bekerja secara fisik untuk mencapai target yang diinginkan pihak manajemen pabrik? 

kantin pabrik

Ada pabrik yang memberikan uang makan harian diluar gaji pokok/gaji UMR  yang diterima buruh. Dan ada juga pabrik yang memberikan insentif uang makan tambahan untuk buruhnya  yang terkena shift 2 dan shift 3, di samping uang shift dan uang makan harian. Makanya para buruh pabrik ada yang senang bekerja terkena shift karena adanya  insentif tambahan yang berupa uang shift, uang makan shift dan susu kotak. 

Tentunya ada sedikit kasihan bagi buruh non shift/day shift, karena tidak mendapatkan seperti  apa yang didapat buruh yang bekerja secara shift.Namun hal ini tergantung dari masing-masing kebijaksanaan pihak manajemen pabrik. Serta  kemampuan keuangan pabrik dalam menyediakan semuanya itu bagi para buruhnya.

Mengenai masalah pembayaran makan di kantin ketika jam makan. Ada yang menerapkan system kupon yang ditukar dengan 1 menu catering. Atau jika memakai konsep prasmanan/ala warteg, bisa membayar secara cash kepada kasir pengelola kantin. 

Ada kalanya buruh mencoba berhemat dengan tidak makan di kantin. Mereka membawa makanan dari rumah dibungkus kertas nasi atau dimasukan ke wadah mirip tempat nasi anak TK. Dengan jalan seperti  itu, mereka para buruh pabrik berharap dapat menekan pengeluarannya.

Untuk membiasakan ketertiban, ada pabrik yang menerapkan peraturan bagi buruhnya untuk makan di kantin dan melarang buruhnya makan di tempat selain kantin. Namun ada juga sebagian buruh yang sedikit  nakal dengan tidak makan di kantin, dengan alasan kantin pabrik yang jauh atau alasan malu membawa makanan dari rumah.

Jika peraturan pabrik tidak ketat dan longgar, ada buruhnya  yang memanfaatkan kesempatan untuk menjual Nasi  Padang sebagai menu makan siang ketika shift 1 kepada para kawan-kawannya yang memesan. Sebelum jam makan siang tiba, kurang lebih 2 jam, si buruh ini akan berkeliling pabrik menjumpai rekan-rekannya untuk menanyakan apakah akan memesan Nasi Padang atau tidak. Dan setelah data pemesan terkumpul, si buruh ini akan mengirim SMS ke warung Padang langganannya. Setengah jam sebelum jam makan siang tiba, pesanan Nasi Padang datang dan si buruh Penjual nasi padang akan mendistribusikan pesanan tersebut kepada yang memesan.

Pengelolaan makan di dalam pabrik untuk buruh pabrik sangatlah menguntungkan. Jika di dalam pabrik telah terbentuk koperasi buruh, sebaiknya pihak manajemen memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada pengurus/manajemen koperasi buruh untuk mengelolanya. Karena hal ini bisa di jadikan sumber pendapatan bagi koperasi buruh. Jika pendapatan koperasi buruh bagus dan meningkat, tentu akan meningkat pula kesejahteraan yang didapat para buruh anggotanya.


Minggu, 27 Mei 2012

fakta Unik indonesia :Jika Buruh Indonesia Berbisnis sampingan di Dalam Pabrik?


koperasi Indonesia

fakta Unik Indonesia : Meski gaji sudah diatas rata-rata UMR plus tunjangan-tunjangan lain dan meski sudah sering lembur, tetap saja gaji yang di terima para buruh pabrik di Indonesia masih saja kurang. 

Jika seorang buruh mempunyai jiwa bisnis yang kuat, pasti akan mengikuti  jiwa bisnisnya itu.
Tidak ada yang melarang melakukan kegiatan sampingan yang dapat menghasilkan uang tambahan, namun jika sering di lakukan di antara pekerjaan pokoknya, apakah hal ini bisa di katakan tidak mempunyai integritas yang tinggi terhadap pekerjaannya. 

Ada kalanya bisnis sampingan itu yang lebih di utamakan daripada pekerjaan pokoknya, akibatnya hasil pekerjaan pokoknya tidak maksimal. Padahal yang diharapkan dari si pemilik pabrik, si pemberi gaji adalah si buruh itu bekerja maksimal dengan hasil yang maksimal pula. 

Coba bayangkan buruh bekerja di depan mesin produksi, sambil jualan pulsa. Melayani permintaan pesanan “nasi padang” di kala juga harus mengontrol anak buah. Menggunakan email perusahaan untuk promosi barang dagangan. Menggunakan internet perusahaan untuk mengupdate website jualan milik pribadi. Ada banyak peluang usaha yang bisa di lakukan para buruh pabrik. Menawarkan nasi uduk enak, nasi padang, snack, rokok, sepatu, sandal bunglon, baju, karpet Timur Tengah, obat-obatan herbal, buku-buku agama, majalah, minuman gelas, dll,   kepada sesama sejawatnya.

Berjualan, berdagang di dalam lingkungan pabrik boleh-boleh saja dan sah-sah saja. Tapi kenapa tidak memberdayakan koperasi buruh yang sudah ada, dengan system titip jual. Koperasi buruh bisa berkembang, yang tentunya buat kesejahteraan anggotanya. Pekerjaan pokoknya di pabrik tidak terabaikan dan si pemilik pabrik senang jika pekerjaan yang di hasilkan buruhnya optimal dan maksimal, tidak tercampur dengan dengan bisnis sampingannya.