Ada banyak konsep dalam penyediaan makan untuk buruh
pabrik di Indonesia yang berbeda dengan konsep kantin sekolah yang sehat. Ada yang berkonsep catering
dengan setiap hari menu berganti, ada yang berkonsep ala prasmanan dan ada yang
berkonsep ala warteg.
Konsep catering merupakan pilihan yang mudah bagi pihak
manajemen pabrik, tinggal bekerja sama dengan perusahaan penyedia jasa katering sehat dan setiap harinya/setiap shiftnya pihak katering sehat akan mengantarkan pesanan sesuai dengan jumlah buruh yang ada.
Menu
makanan dalam masakan catering biasanya terdiri nasi putih, sayur, lauk dan
buah. Dalam hal ini buruh tidak bisa neko-neko untuk memilih makanan yang
sesuai dengan seleranya.
Yang lapar silakan makan dan yang tidak sesuai dengan
seleranya biasanya membawa makanan sendiri dari rumah, sedang jatahnya akan
diberikan kepada kawannya yang mau.
Sedang konsep prasmanan dan ala warteg, biasanya ada orang pribadi di luar pabrik
(bukan buruh di pabrik tersebut), yang
mengajukan diri kepada pihak manajemen pabrik, tentunya dengan
kompensasi sewa, untuk mengelola kantin pabrik.
Menu masakan pada konsep prasmanan/ala warteg di pabrik pada
siang hari (jam makan siang) biasanya akan beraneka ragam menunya, masih fresh
dan akan ada banyak pilihan menu makan siang untuk buruh pabrik .
Konsep kantin pabrik yang modern akan menyediakan menu makanan berupa : Bakso, pempek, soto dll.
Karena pada
jam makan siang, banyak pembesar pabrik dari tingkat manajer hingga supervisor
yang makan siang di kantin pabrik.
Namun hal ini biasanya juga, akan berbalik
180 derajat ketika jam makan malam (untuk shift 2) dan jam makan dini hari
(untuk shift 3), menunya tidak selengkap waktu jam makan siang, masakannya
tidak fresh lagi alias sudah hangatan, karena para pembesar-pembesar pabrik sudah
pulang.
Dan kadang-kadang sisa masakan kemarin yang belum habis di jual lagi di
shift 2 atau shift 3. Bahkan jika pengelola kantinnya tidak jeli masakan yang
sudah ada belatungnya kerap kali masih di pajang dan di jual.
Menu makan para ekspatriat/tenaga kerja asing/expat yang bekerja pabrik di Indonesia sebagai Direktur, Manajer dan advisor tentu berbeda dengan menu makan para
buruh local.
Mereka ini para ekspatriat biasanya telah memesan menu khusus yang
akan tersedia setiap jam makan siang tiba. Dan mereka ini lebih memilih tempat
makan bukan di kantin pabrik, tetapi ada ruangan sendiri di dalam office
pabrik.
Uang makan bagi buruh pabrik biasanya dibedakan berdasar
klasifikasi kepangkatannya dalam struktur organisasi di pabrik. Besaran uang
makan karyawan yang berpangkat sebagai manajer tentu akan berbeda dengan besaran uang makan operator produksi.
Mungkin faktor latar belakang pekerjaannya yang berbeda, si buruh berpangkat
manajer dituntut untuk terus berfikir demi kemajuan pabrik, sedang si buruh
operator dituntut bekerja secara fisik untuk mencapai target yang diinginkan
pihak manajemen pabrik?
Ada pabrik yang memberikan uang makan harian diluar gaji
pokok/gaji UMR yang diterima buruh. Dan
ada juga pabrik yang memberikan insentif uang makan tambahan untuk buruhnya yang terkena shift 2 dan shift 3, di samping
uang shift dan uang makan harian.
Makanya para buruh pabrik ada yang senang
bekerja terkena shift, karena adanya insentif tambahan yang berupa uang shift, uang
makan shift dan susu kotak.
Tentunya ada sedikit kasihan bagi buruh non shift/day shift, karena tidak
mendapatkan seperti apa yang didapat
buruh yang bekerja secara shift.
Namun hal ini tergantung dari masing-masing
kebijaksanaan pihak manajemen pabrik. Serta
kemampuan keuangan pabrik dalam menyediakan semuanya itu bagi para
buruhnya.
Mengenai masalah pembayaran makan di kantin ketika jam
makan. Ada yang menerapkan system kupon yang ditukar dengan 1 menu catering.
Atau jika memakai konsep prasmanan/ala warteg, bisa membayar secara cash kepada
kasir pengelola kantin.
Ada kalanya buruh mencoba berhemat dengan tidak makan di
kantin. Mereka membawa makanan dari rumah dibungkus kertas nasi atau dimasukan
ke wadah mirip tempat nasi anak TK. Dengan jalan seperti itu, mereka para buruh pabrik berharap dapat
menekan pengeluarannya.
Untuk membiasakan ketertiban, ada pabrik yang menerapkan peraturan
bagi buruhnya untuk makan di kantin dan melarang buruhnya makan di tempat
selain kantin.
Namun ada juga sebagian buruh yang sedikit nakal dengan tidak makan di kantin, dengan
alasan kantin pabrik yang jauh atau alasan malu membawa makanan dari rumah.
Jika peraturan pabrik tidak ketat dan longgar, ada buruhnya yang memanfaatkan kesempatan untuk menjual
Nasi Padang (dengan pilihan aneka lauk seperti rendang, ayam bakar, ayam goreng, ikan kembung dll) sebagai menu makan siang ketika
shift 1 kepada para kawan-kawannya yang memesan.
Sebelum jam makan siang tiba,
kurang lebih 2 jam, si buruh ini akan berkeliling pabrik menjumpai
rekan-rekannya untuk menanyakan apakah akan memesan Nasi Padang atau tidak.
Dan
setelah data pemesan terkumpul, si buruh ini akan mengirim WA ke warung Padang
langganannya. Setengah jam sebelum jam makan siang tiba, pesanan Nasi Padang
datang dan si buruh Penjual nasi padang akan mendistribusikan pesanan tersebut
kepada para teman nya yang memesan.
Pengelolaan makan di dalam pabrik untuk buruh pabrik
sangatlah menguntungkan. Jika di dalam pabrik telah terbentuk koperasi buruh,
sebaiknya pihak manajemen memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada
pengurus/manajemen koperasi buruh untuk mengelolanya.
Karena hal ini bisa di
jadikan sumber pendapatan bagi koperasi buruh. Jika pendapatan koperasi buruh
bagus dan meningkat, tentu akan meningkat pula kesejahteraan yang didapat para
buruh anggotanya.
Menu kantin pabrik, menu buruh pabrik,manajemen pabrik,uang makan karyawan,buruh indonesia,buruh pabrik,menu catering pabrik, menu makanan buruh pabrik, jual rendang, jual pempek Palembang, jual bakso, jual sambal