Rabu, 25 April 2012

fakta unik Indonesia: Mengharap Investasi Masa depan

adzan masjid Indonesia
fakta unik Indonesia, Seorang ibu berdiri di pintu masuk  rumahnya, tangannya  menggenggam korden tua kusam jendela samping pintu masuk rumahnya tersebut, termenung memandang jalanan sepi depan rumanhnya. Lama memandang jalanan dan tak terasa melelehlah air matanya, membasahi pipinya.
Ibu tua itu kaget, ketika suara adzan maghrib sayup-sayup terdengar. Tak terasa ia baru sadar telah telah lama termenung dan mengulang-ulang perbuatan itu. Berdiri di pintu masuk, termenung dan menangis.
Aku sudah tua, berdua dengan suamiku yang juga sudah tua. Berdua di rumah besar yang sudah kusam dan reyot. Berdua menghabiskan hari-hari panjang yang melelahkan. Untung masih ada detak jam dinding yang lirih menemani setiap hari dan masih bisa mendengarkan serta bergegas segera ketika suara  adzan sholat wajib telah memanggil, untuk segera menunaikan sholat, tempat mengadu segala permasalahan dan tempat curhat kepada Alloh, yang bersih dari segala noda.
 
Hari-hari kulalui dengan sepi tanpa suara berisik anak-anak dan riang cucu-cucu yang lucu di sampingku. Sepi dan lirih. Kamar-kamar dalam rumahku kosong tiada berpenghuni, hanya bantal dan guling tua tanpa sarung yang kadang berantakan jadi sasaran kemarahan tikus-tikus rumahan. Sedih.
Untung Alloh masih menguatkanku, menguatkan hatiku dalam lantunan dzikir memohon ampun kepada-Nya. Aku masih mendoakan dan terus mendoakan ke semua anak-anakku, kesehatannya, keselamatannya dan rezekinya, semoga  selalu dimudahkan oleh Sang Kuasa.
Jika dulu, ketika masih lancar usahaku, andaikan aku berfikir kedepan buat masa depan anak-anakku. Menabung dan menyiapkan bekal buat hari esok anak-anak, investasi masa depanku. Aku sekarang jadi lebih tenang. Aku sadar,  kaya dan miskin adalah garis hidup dari Sang Kuasa. Tetapi jika dulu aku lebih bijaksana, aku hanya mau memilih untuk berinvestasi masa depan buat anak-anakku daripada adik-adikku.
Aku fikir dengan berinvestasi masa depan menanam kebaikan kepada adik-adikku, akan berbuah baik terhadap anak-anakku. Tapi ternyata tidak. Dulu ketika aku masih muda, usahaku lancar dan jaya, sedikit demi sedikit tanpa egois,  aku bisa membantu sekolah adik-adikku. Meski aku tidak berpendidikan, aku harap adik-adikku bisa berpendidikan lebih baik dari aku. Hingga aku lupa menyiapkan bekal dan menabung demi investasu masa depan anak-anakku. Aku sadar telah keliru mengambil sikap, aku lalai ternyata investasi masa depanku juga ada di masa depan anak-anakku, bukan di masa depan saudara-saudaraku atau adik-adikku. Dan ketika roda kehidupan terus berjalan dan usahaku jatuh, akupun jatuh tanpa pegangan dan tanpa tabungan. Hingga akupun tak sanggup dan mampu memberikan pendidikan tinggi kepada anak-anakku. Sungguh menyesal, aku terbuai dan larut menjadi kakak yang baik buat adik-adikku, hingga tak terfikirkan untuk menyiapkan bekal investasi masa depan buat buah hatiku dan hanya menjadi orang tua yang sedikit memberi perhatian akan masa depan anak-anaknya.
Aku segan dan terpaksa meminta kepada adik-adikku, dulu engkau aku bantu, tolonglah bantu keponakan-keponakanmu ini meniti masa depannya. Dugaanku salah, aku yang dulu lebih banyak mencurahkan segenap perhatian buat keberhasilan adik-adikku dan  hingga tak terfikirkan akan masa depan anak-anakku. Ternyata keinginanku agar anak-anakku dibantu oleh adik-adiku tak pernah di response oleh adik-adikku, mereka telah sibuk sendiri dengan dunianya, mereka telah lupa dan mungkin melupakan jasa-jasaku yang telah ikut banyak berperan dalam perintisan investasi masa depan adik-adikku itu. Aku agak menyesal, jika sekarang mereka-mereka egois dan tak mengerti perasaanku, membiarkanku terluka dan merana,  menunggu janji-janji kosongnya yang manis dibibir saja, akan membantu merintis masa depan anak-anakku yang tak berujung pasti dan memang janji manis adik-adikku hanyalah kosong melompong...nol.
Biarlah adik-adiku sekarang telah lega menjalani hari-hari hidupnya, meski dulu aku terpontang-panting membantu merintis investasi masa depannya. Aku telah lega juga menjalani kewajibanku sebagai kakak yang baik dan penuh perhatian buat adik-adikku, meski sekarang harus kuakui, aku telah mengorbankan masa depan anak-anakku, dulu aku lebih terfokus membantu sekolah adik-adiku hingga lalai menyiapkan bekal buat investasi masa depan anak-anakku yang sejatinya adalah masa depanku juga.
Biarlah Tuhan yang membalas semua apa yang telah kulakukan, biarlah adik-adiku menjadi egois dan larut dengan urusannya, dunianya dan keluarga barunya. Aku hanya berdoa dan terus berdoa, semoga anak-anakku bahagia dengan masa depannya yang sekarang telah di jalaninya, walaupun tidak seindah yang aku bayangkan dulu. Aku berharap anak-anakku tidak menjadi orang yang egois seperti adik-adikku, jangan sampai pernah lupa kepada aku selaku orang tuanya dan semoga tidak pernah marah kepadaku karena tidak memberi perhatian penuh akan masa depannya.
Andaikan waktu boleh diputar kembali, aku ingin memilih,  lebih baik menjadi kakak yang egois dan penuh perhatian menyiapkan bekal buat masa depan anak-anakku, daripada membantu adik-adiku, jika sekarang tahu kalau kenyataannya tidak seperti yang aku harapkan, mengharap balasan baik dari buah yang aku tanam terhadap adik-adikku yang tenyata hanya janji-janji kosong dan isapan jempol belaka. Dan aku merasa di abaikan oleh saudara-saudaraku, dianggap ada jika mereka merasa perlu saja kepadaku.
Anak-anakku, maafkan aku ibumu dan bapakmu, sewaktu usaha ibu jaya dulu, ibu bisa membantu sekolah adik-adik ibu, tetapi akhirnya tidak bisa menyekolahkanmu lebih tinggi. Ibu fikir adik-adik ibu, bisa membantu mendampingi masa depanmu yang lebih baik, tapi ternyata tidak. Dan mereka telah lupa akan jasa-jasa ibu, mereka telah asyik dengan dunianya, mungkin mereka egois dan tidak peduli dengan masa depanmu, anak-anak ibu. Tetaplah tegar, ibu selalu mendoakanmu dan bukan adik-adik ibu yang akan mendoakanmu.
Semoga Tuhan lebih adil terhadapku dan anak-anakku. Dan semoga anak-anakku terus berjuang dengan ridho ikhlas buat masa depannya, aku hanya mengiringi dengan doa kepada Alloh semata. Karena sesungguhnya masa depan yang sempurna hanyalah Surganya Alloh. Semoga aku, suamiku dan anak-anakku dapat mencapainya.  Amin .