fakta unik Indonesia, Pekerjaan di dalam lingkungan pabrik di Indonesia, yang monoton dan
itu-itu saja, mungkin bisa di lakukan oleh buruh yang tidak memerlukan
pendidikan tinggi.
Pengetahuan buruh akan pekerjaan yang akan di jalani dan
yang sedang di jalani bisa di lakukan dengan cara “learning by doing”, tergantung tingkat kemampuan penalaran buruh
itu sendiri.
Jika buruh tersebut cerdas dan cermat, akan cepat menangkap apa yang
di ajarkan seniornya dan kemudian akan melakukan inovasi positif sesuai dengan pengalamannya untuk menghasilkan
barang yang berkualitas dan cara kerja yang efisien.
Istilah “cari muka’’ di mana tempat pasti ada, demikian juga
di dalam lingkungan pabrik. Buruh yang ingin cepat naik pangkat dan punya
penyakit ”cari muka”, akan melakukan segala hal agar di mata
atasannya mempunyai kesan baik dan pintar. Padahal, sebenarnya mudah saja kalau
ingin cepat naik pangkat atau naik klasifikasi di dalam lingkungan pabrik,
bekerja yang rajin, on time, masuk
terus , tidak pernah sakit dan tidak
ngeyel sama atasan.
Namun memang benar, dan tidak bisa di pungkiri ini bisa terjadi Di Indonesia, yang
bisa cepat “cari muka” sama atasan,
syukur-syukur bisa mencuri perhatian manajer
asing, akan cepat karirnya dan cepat pula naik klasifikasinya.
Seorang buruh entah itu operator, senior operator, leader,
group leader, senior group leader,foreman, supervisor shift, senior supervisor,
junior manajer, jika penilaian dilakuan secara fair, lingkungan pabrik akan
enak dan kondusif. Tidak ada rasa
curiga-mencurigai dan berjalan mengalir dengan nyaman. Tapi itulah manusia dan
memang manusiawi.
Mismanajemen pabrik terjadi jika pihak manajemen pabrik
tidak mempunyai keberanian dan ketegasan. Manajemen local saling menutupi jika
ada kesalahan yang di lakukan oleh salah seorang di antara mereka. Tidak adanya
cek dan ricek prosedur pengadaan
barang penunjang produksi yang memang
rawan “mark up” dan korupsi.
Para
atasan di pabrik mencari obyekan langsung kepada supplier untuk pengadaan
barang penunjang produksi tanpa melalui purchasing
pabrik.
Para atasan terkadang tidak memberikan contoh yang baik kepada anak
buahnya, istirahat lama, tea break lama, masuk shift malam dengan mulut bau
alcohol, menghilang dan kemungkinan tidur ketika shift malam dan yang lebih
ekstrim lagi masuk kerja dengan kondisi tangan kanan kiri penuh luka goresan
akibat fly dengan narkoba.
Bagaimana
jadinya jika pembesar pabrik menjalin hubungan
khusus “affair” dengan anak buahnya yang “bening” dan kemudian semua
buruh tahu serta jadi bahan pergunjingan bagai di dalam warung kopi.
Kontrol penerapan keamanan seharusnya bisa di lakukan dengan
cermat oleh pihak security pabrik,
cek tas buruh dari berbagai level, cek bagasi mobil milik buruh, cek bagasi motor para buruh, cek
mobil box/truk supplier, ketika akan keluar meninggalkan pabrik, untuk mencegah
tindakan pencurian barang-barang milik pabrik.
Penggunaan internet pabrik dan email pabrik yang tidak semestinya, apalagi
sekarang memang jamannya social media, entah itu Facebook dan Twitter, harus
juga di kontrol secara ketat oleh bagian IT pabrik.
Jika ada pembesar pabrik
orang local, yang lebih banyak mengurusi penjualan barang-barang limbah pabrik
daripada pekerjaan pokoknya, hal ini patut di waspadai.
Ada juga buruh tingkat
atas, misal berpangkat manajer produksi,
dan merasa mempunyai kekuasaan tinggi di
pabrik ,ternyata dalam keseharian di pabrik lebih banyak mengurusi pengiriman
barang produksi by air daripada mengontrol lancarnya
jalannya produksi.
Jika memang ada hal-hal seperti di atas ada di dalam sebuah
pabrik, mismanajemen pabrik kemungkinan telah terjadi.
Lalu bagaimana cara mengatasinya?
PECAT yang bermasalah dengan bukti
pelanggaran yang kuat.
Jangan menunggu si buruh yang bermasalah itu resign/mengundurkan diri dengan
sukarela, karena penyakitnya akan menulari kepada karyawan lain di
lingkungan pabrik itu.
Atau bikin tidak betah, pindahkan ke bagian lain dan pindahkan lagi seterusnya,
buat dia malu di dalam lingkungan pabrik, lama kelamaan dia ini (si buruh yang
bermasalah) akan malu sendiri (jika masih punya rasa malu) dan dengan
sendirinya dengan sukarela akan mengundurkan diri sebagai buruh di pabrik.
Namun cara seperti ini ada kalanya tidak mempan, si buruh yang bermasalah akan bermuka tembok, terus bertahan, yakin
pihak manajemen tidak cukup kuat memiliki bukti untuk memecatnya, karena jika
ia resign, akan susah mencari
pekerjaan lagi.
Untuk itu diperlukan tim manajemen pabrik yang solid antara
manajemen local dengan manajemen asing , kuat integritasnya dan tinggi loyalitasnya.
Punya sikap dan ketegasan, bukan berarti semena-mena terhadap kesejahteraan buruh.