Untuk mencapai kualitas produksi dan target produksi, di
perlukan buruh-buruh pabrik di Indonesia yang terampil serta berkualitas.
Ada korelasi antara kesejahteraan yang diberikan pemilik
pabrik/manajemen pabrik kepada para buruhnya. Berbagai tunjangan yang diberikan kepada para buruh bisa dimaksudkan sebagai bagian dari penerapan kebijakan
peraturan perburuhan, bisa juga sebagai daya rangsang buruh untuk bekerja lebih
giat dan rajin.
Hanya buruh rajin dan trampil yang bisa menghasilkan produk
yang bermutu. Untuk menjaga kualitas hasil produksi, diperlukan pelatihan yang
terus menerus, serta pemahaman yang baik.
Tapi jangan di abaikan tingkah laku pihak manajemen,
manajer, kepala bagian, supervisor, leader dan para atasan buruh operator dalam
keseharian di pabrik. Tingkah laku yang buruk dan tidak mencerminkan sebagai
seorang atasan dan sebagai orang yang berpendidikan tinggi, akan sangat
mempengaruhi hasil kinerja para buruh operator. Memang buruh operator akan
selalu dituntut atasannya untuk bekerja dengan baik, rajin, mencapai target,
menghasilkan barang berkualitas dan meminimalisir reject. Namun, tingkah laku
buruk atasannya, akan secara tidak langsung berpengaruh pada sikap kerja para
buruh operator. Memang tidak bisa menutup mata, seorang atasan bisa merasa
superior, merasa menang sendiri dan merasa pandai sendiri. Jika demikian,
akibatnya para buruh akan bersikap masa bodoh, yang penting target produksi
harian tercapai, bila tidak mencapai target tinggal tulis problem dan lost
time-nya, masalah kualitaspun bisa diabaikan.