fakta unik Indonesia :
“Udah Bayaran Sekolah,”
“Udah Bayaran Sekolah,”
“Belum Mbak,”
“Udah dapat kiriman dari Jakarta,’’
‘’Belum Mbak,’’
“Ya udah, ini bawa buat bayaran sekolah, kalo kiriman dari
Jakarta datang buat kamu saja,”
“Makasih mbak,’’
Atau,
“Mbak, aku belum
bayaran sekolah dan harus bayar ini itu,’’
“Ya udah, ini bawa aja.’’
Percakapan ini begitu terus dan berulang-ulang setiap bulan.
Dan ketika kuingat percakapan ini, tak terasa air mataku
meleleh tanpa kusadari.
Aku tak tega, adik-adikku kesulitan membayar uang
sekolahnya.
Mumpung aku mampu membantu dan ikhlas kenapa aku harus
egois.
Tapi ketika kegiatan usahaku mulai menurun dan anakku mulai
butuh biaya sekolah, adik-adikku seakan tak peduli dengan keadaanku. Aku sadar,
aku tak harus bisa memaksanya. Mungkin kehidupan Jakarta telah membuat
adik-adikku menjadi pribadi-pribadi yang egois dan serba sayang untuk
mengeluarkan uang.
Demi adik-adikku yang masih sekolah dan ibuku yang janda,
aku rela tidak menyiapkan tabungan untuk bekal masa depan anak-anakku. Aku
justru terlena dalam kehanyutan membantu ibuku yang janda dan adik-adikku yang
masih membutuhkan biaya sekolah.
Dan ketika kegiatan usahaku menuju ke titik nadir, tak ada
sepeser tabunganpun untuk persiapan anakku kuliah. Aku kasihan pada anakku,
kepandaian yang dia miliki tak aku fasilitasi dengan pendidikan tinggi.
apa akupun harus menjadi pecundang sejati yang harus meminta
belas kasihan kepada adik-adikku.
“Adik-adikku tolong
anakku ini, keponakanmu ini, carikan pekerjaan buatnya, aku tak sanggup
membiayainya kuliah.’’
“Ya mbak.’’
Aku senang dengan jawaban itu dan kuanggap sebagai janji.
Tapi…..
Hingga waktupun berjalan menginjak tahun kedua, sedang
pertolongan dan janji itu tak pernah ada.
Ternyata kebaikanku yang dulu aku
berikan pada adik-adikku tak berbalas pada anakku.
2 tahun itu, anakku kuliahpun
tidak apalagi mendapat pekerjaan, masih mengganggur dan mungkin sudah frustasi.
Aku baru menyadari, adik-adikku tak mau gantian untuk
memberi. Mungkin mereka telah sibuk dengan kehidupannya hingga melupakan
jasa-jasaku sebagai mbaknya.
Ya sudahlah, semoga Tuhan saja yang membalas
kebaikanku. Mungkin saudaraku telah lelap oleh rasa egois. Aku hanya pasrah dan tak mampu berkata.