Selasa, 10 Juli 2012

fakta unik Indonesia : PPDB Penerimaan Peserta Didik Baru


PPDB

fakta unik Indonesia, Tahun Ajaran telah tiba, para orang tua sibuk mencari sekolah buat anak-anaknya/PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru). Ada yang ingin masuk sekolah dasar,ada yang ingin masuk sekolah menengah pertama dan ada yang ingin masuk sekolah menengah umum atau sekolah menengah kejuruan. Ada yang  ingin masuk sekolah RSBI, ada yang ingin masuk sekolah favorit, ada yang ingin masuk sekolah yang penting sekolah negeri, ada yang ingin masuk sekolah yang dekat rumah supaya tidak mengongkosi uang transportnya dan ada yang tidak bisa melanjutkan sekolah lagi.
Sekolah milik pemerintah atau yang lebih dikenal dengan nama sekolah negeri tingkat SD hingga SMP masih menjadi incaran para orang tua murid, dengan alasan, sekarang sudah tidak ada bayaran sekolah lagi atau sudah bebas SPP. Meski  demikian, orang tua murid mau tidak mau harus tetap mengganggarkan biaya untuk beli buku tulis, peralatan  menulis, tas sekolah, sepatu sekolah dan baju seragam.
Sayangnya untuk tingkatan SMU/SMK Negeri masih ada beberapa daerah yang mengharuskan murid-murid barunya membayar uang gedung, uang SPP dan lain-lain. Sayang memang, pendidikan gratis dan yang berkualitas belum menjadi tujuan yang utama para pengambil kebijakan di republik ini.
Untuk masuk sekolah negeri terutama yang tingkatan SMP dan SMU/SMK, NEM (Nilai Ebtanas Murni) masih menjadi acuan. Jadi sebelum masuk sekolah negeri yang favorit, seharusnya bisa mengukur diri, kira-kira bisa  diterima apa tidak. Tapi apabila tetap ngotot ingin diterima, mau tidak harus rajin mencari informasi siapa yang bisa dihubungi dan mempunyai akses lewat “pintu belakang” alias nyogok.
Jadi meski gerbang utama sekolah harusnya di pintu depan, ternyata “pintu belakang”  sering dibuka juga waktu penerimaan murid baru, entah oleh oknum yang merasa kenal dekat dengan kepala sekolah, atau guru yang nyambi menjadi oknum dengan imbalan juta-an rupiah. Entahlah siapa yang memulai terlebih dulu. Bagaimanapun juga fenomena “sekolah pintu belakang’’ sebenarnya masih ada karena “demand”/permintaan dan juga keserakahan oknum.