Minggu, 27 Mei 2012

fakta unik Indonesia : Mismanajemen Pabrik


kreatif

fakta unik Indonesia, Pekerjaan di dalam lingkungan pabrik di Indonesia, yang monoton dan itu-itu saja, mungkin bisa di lakukan oleh buruh yang tidak memerlukan pendidikan tinggi. 

Pengetahuan buruh akan pekerjaan yang akan di jalani dan yang sedang di jalani bisa di lakukan dengan cara “learning by doing”, tergantung tingkat kemampuan penalaran buruh itu sendiri. 

Jika buruh tersebut cerdas dan cermat, akan cepat menangkap apa yang di ajarkan seniornya dan kemudian akan melakukan inovasi positif sesuai dengan pengalamannya untuk menghasilkan barang yang berkualitas dan cara kerja yang efisien.

Istilah “cari muka’’ di mana tempat pasti ada, demikian juga di dalam lingkungan pabrik. Buruh yang ingin cepat naik pangkat dan punya penyakit ”cari muka”,  akan melakukan segala hal agar di mata atasannya mempunyai kesan baik dan pintar. Padahal, sebenarnya mudah saja kalau ingin cepat naik pangkat atau naik klasifikasi di dalam lingkungan pabrik, bekerja yang rajin, on time, masuk terus , tidak pernah sakit dan tidak ngeyel sama atasan. 

Namun memang benar, dan tidak bisa di pungkiri ini bisa terjadi Di Indonesia,  yang bisa cepat “cari muka” sama atasan, syukur-syukur bisa mencuri perhatian manajer asing, akan cepat karirnya dan cepat pula naik klasifikasinya. 

Seorang buruh entah itu operator, senior operator, leader, group leader, senior group leader,foreman, supervisor shift, senior supervisor, junior manajer, jika penilaian dilakuan secara fair, lingkungan pabrik akan enak dan kondusif. Tidak ada rasa curiga-mencurigai dan berjalan mengalir dengan nyaman. Tapi itulah manusia dan memang manusiawi.  

Mismanajemen pabrik terjadi jika pihak manajemen pabrik tidak mempunyai keberanian dan ketegasan. Manajemen local saling menutupi jika ada kesalahan yang di lakukan oleh salah seorang di antara mereka. Tidak adanya cek dan ricek prosedur pengadaan barang penunjang  produksi yang memang rawan “mark up” dan korupsi. 
Para atasan di pabrik mencari obyekan langsung kepada supplier untuk pengadaan barang penunjang produksi tanpa melalui purchasing pabrik. 
Para atasan terkadang tidak memberikan contoh yang baik kepada anak buahnya, istirahat lama, tea break lama, masuk shift malam dengan mulut bau alcohol, menghilang dan kemungkinan tidur ketika shift malam dan yang lebih ekstrim lagi masuk kerja dengan kondisi tangan kanan kiri penuh luka goresan akibat fly dengan narkoba. 
 Bagaimana jadinya jika pembesar pabrik menjalin hubungan khusus “affair” dengan anak buahnya yang “bening”  dan kemudian semua buruh tahu serta jadi bahan pergunjingan bagai di dalam warung kopi. 

Kontrol penerapan keamanan seharusnya bisa di lakukan dengan cermat oleh pihak security pabrik, cek tas buruh dari berbagai level, cek bagasi mobil  milik buruh, cek bagasi motor para buruh, cek mobil box/truk supplier, ketika akan keluar meninggalkan pabrik, untuk mencegah tindakan pencurian barang-barang milik pabrik. 
Penggunaan internet pabrik dan email pabrik yang tidak semestinya, apalagi sekarang memang jamannya social media, entah itu Facebook dan Twitter, harus juga di kontrol secara ketat oleh bagian IT pabrik. 
Jika ada pembesar pabrik orang local, yang lebih banyak mengurusi penjualan barang-barang limbah pabrik daripada pekerjaan pokoknya, hal ini patut di waspadai. 
Ada juga buruh tingkat atas,  misal berpangkat manajer produksi, dan merasa mempunyai kekuasaan tinggi  di pabrik ,ternyata dalam keseharian di pabrik lebih banyak mengurusi pengiriman barang produksi by air daripada mengontrol lancarnya jalannya produksi. 

Jika memang ada hal-hal seperti di atas ada di dalam sebuah pabrik, mismanajemen pabrik kemungkinan telah terjadi.   
Lalu bagaimana cara mengatasinya?  
PECAT yang bermasalah dengan bukti pelanggaran yang kuat. 
Jangan menunggu si buruh yang bermasalah itu resign/mengundurkan diri dengan sukarela, karena penyakitnya akan menulari kepada karyawan lain di lingkungan pabrik itu. 
Atau bikin tidak betah, pindahkan  ke bagian lain dan pindahkan lagi seterusnya, buat dia malu di dalam lingkungan pabrik, lama kelamaan dia ini (si buruh yang bermasalah) akan malu sendiri (jika masih punya rasa malu) dan dengan sendirinya dengan sukarela akan mengundurkan diri sebagai buruh di pabrik. 
Namun cara seperti ini ada kalanya tidak mempan, si buruh yang bermasalah akan bermuka tembok, terus bertahan, yakin pihak manajemen tidak cukup kuat memiliki bukti untuk memecatnya, karena jika ia resign, akan susah mencari pekerjaan lagi.

Untuk itu diperlukan tim manajemen pabrik yang solid antara manajemen local dengan manajemen asing , kuat integritasnya dan tinggi loyalitasnya. Punya sikap dan ketegasan, bukan berarti semena-mena terhadap kesejahteraan buruh.