Setiap tahun lulusan Sekolah
menengah Atas, sekolah menengah kejuruan, akademi dan perguruan tinggi ratusan
hingga ribuan.
Yang lulusan SMA/SMK, yang tidak
ada biaya untuk kuliah, mau tidak mau harus mencari kerja sebagai buruh apa
saja, buruh pabrik, buruh toko, buruh pengamanan atau buruh serabutan. Yang
dari luar Jakarta, Tangerang, Bekasi,
Karawang, Bogor, Surabaya, mungkin seluruh Indonesia, mau tidak mau harus merantau, mengadu nasib mencari
pekerjaan. Kantor Kemnakertrans penuh dengan wajah-wajah muda yang sedang
mengurus Kartu Ak-1 dan mencari informasi lowongan pekerjaan.
Beruntung pula bagi SMA/SMK yang
sudah diserbu tim pencari buruh dari pabrik-pabrik dan ada kemungkinan beberapa
siswanya diterima sebagai buruh pabrik. Sedang yang tidak lolos seleksi dan
yang tidak diserbu tim pencari buruh, masih ada kesempatan untuk bisa menjadi
buruh pabrik, lewat info saudara yang terlebih dahulu telah menjadi buruh
pabrik, lewat iklan di Koran, lewat info di Kemnakertrans dan lewat info-info
yang lainnya.
Sedang bagi sarjana muda atau
sarjana penuh yang tidak berminat berwirausaha sukses atau belum punya modal untuk
buka usaha, lowongan sebagai buruh pabrik juga terbuka lebar. Mereka tidak
dibutuhkan sebagai buruh operator, tapi mereka dibutuhkan sebagai buruh dengan
klasifikasi leader, foreman, supervisor atau sebagai manajer trainne.
Menjadi buruh di Indonesia bukan berarti
kehidupan total di dalam pabrik. Masih ada peluang terbuka lebar untuk mengubah
nasib dan tidak sekedar menjadi buruh operator. Bisa kuliah lagi, bisa kerja
sambilan, ikut kalau ada dan bisa bisnis sampingan. Buruh pabrik yang hanya lulusan SMA/SMK
biasanya ada peluang naik klasifikasi tapi lama. Justru peluang untuk
klasifikasi yang lebih tinggi ditawarkan bagi para sarjana muda atau sarjana
penuh. Jadi harap maklum ya, jika supervisornya sarjana fresh graduate masih
muda, buruh operatornya SMA/SMK old graduate yang sudah berumur dan karatan di
dalam pabrik. Yang terkadang ada statement egoistis, duluan siapa, tahuan
siapa, pengalaman siapa, elu atau gue. Sikap manusiawi, yang bila tidak
dikelola dengan baik, produktivitas pabrik menjadi taruhannya.