fakta unik Indonesia :
Di luar hujan deras. Jam di dinding menunjukkan angka 2 dini hari. Aku tidak bisa tidur dan tidak seperti biasanya, akupun tidak bisa memejamkam mata. Kulihat anakku dan suamiku pulas tertidur dan mendengkur.
Pikiranku berkecamuk tak karuan, aku pusing, mungkin ini sumbernya aku tak bisa tidur dengan tenang. Terbayang di pelupuk mataku, menari-nari wajah kakakku tersenyum manis padaku, kemudian hilang dan kemudian muncul lagi.
Ingin rasanya ku berteriak, tapi dini hari ini hening dan sunyi, bisa-bisa anakku dan suamiku kaget dan bisa-bisa aku dianggap gila oleh tetangga samping kontrakanku. Dan aku hanya bisa meneteskan air mata, sebisa mungkin aku harus tetap diam supaya tidak membangunkan anakku dan suamiku.
HP suamiku masih ada di genggamanku, kubaca lagi isi SMS itu, betapa remuknya dan sedihnya hatiku.
Aku telah mengkhianati kepercayaan kakakku. Kakakku selama ini telah tulus menyisihkan waktu dan uangnya buatku, dari waktuku masih gadis hingga aku telah berumah tangga. Tak kusangka dan aku menduga SMS itu dikirim oleh kakakku. Intinya, kakakku sudah tahu perbuatanku, kakakku sudah tahu kecuranganku dan perbuatan jahat yang selama ini aku lakukan kepadanya.
Tapi yang aku heran , kakakku sama sekali tidak menegurku secara langsung. Apa karena kakakku masih menjaga perasaanku? Berarti aku yang tidak bisa menjaga perasaannya, aku telah melukai hatinya. Tapi apakah aku bisa merasakan hatinya yang remuk redam akibat ulahku, perbuatannku? Aku tidak tahu dan belum bisa tahu secara pasti. Kedudukanku sebagai anak bungsu telah menjadikanku sebagai makhluk yang egois, yang maunya menang sendiri, yang maunya selalu dibantu dan yang maunya selalu diperhatikan. Meski aku telah bersuami, telah berkeluarga dan telah mempunyai anak semata wayang, keegoisanku makin menjadi dan bukan berkurang. Apa mungkin di tambah suamiku yang juga anak bungsu, orang asli kampung ini dan bukan orang perantauan ? Jadi seolah-olah kami berdua ini, si bungsu yang egois dan belum cukup dewasa.
Suamiku 5 tahun ini tidak mempunyai pekerjaan tetap, boleh dibilang pengangguran. Tapi aku tidak mau suamiku disebut pengangguran, aku hanya mau suamiku disebut belum dapat pekerjaan lagi? Dulu, sebelum suamiku kehilangan pekerjaannya, masih ada gaji bulanan yang tidak seberapa, yang diperoleh suamiku sebagai satpam perusahaan outsource dan ditempatkan pada sebuah perusahaan BUMN. Dengan gaji itu, kami merasa belum cukup. Lalu apa jalan keluarnya untuk menutup deficit pengeluaran kami. Suamiku minta tambahan biaya hidup kepada orang tuanya dan abang-abangnya. Sedangkan aku juga minta tambahan biaya hidup dari orang tuaku jika ada dan dari kakak-kakakku. Namun lama kelamaan kami berdua merasa tidak enak, saudara-saudara kamipun merasa segan dengan malasnya kami berdua yang selalu mengandalkan orang lain, dan kami merasa orang-orang itupun pasti bosan dengan kami!
Lama kami berdua pusing memikirkan jalan keluarnya. Hingga tercetuslah sebuah ide gila dan menyakitkan dari kami berdua. Di mata orang tuaku, suamiku dikenal memiliki kemampuan mistis dan mempunyai indra keenam. Sering kami berdua di depan orang tuaku, kami bercerita-cerita mistis, yang menggambarkan seolah-olah suamiku hebat dan punya ilmu hitam tapi yang baik, yang mampu melihat hantu dan tuyul? Hingga lama-lama kelamaan, karena seringnya kami berdua cerita tentang hal-hal yang berbau mistis, tak terasa kami berdua telah mencuci otak orang tuaku, akhirnya tanpa disadari orang tuaku yakin dan percaya akan hal itu. Berarti sebenarnya kami sudah memasang perangkap dan jebakan yang pertama. Karena jebakan dan perangkap sudah berhasil di buat, tinggal kami berdua melaksanakan ide gila. Sasarannya adalah kakakku. Kami berdua memandang, kakakku ini secara materi tercukupkan. Kakakku ini orangnya royal dan tidak perhitungan jika buat orang tua dan adik-adiknya. Sepertinya kakakku ini bisa juga di jebak dan masuk perangkap ide gila kami berdua. Agar rencana jahat kami berhasil dan kakakku bisa masuk dalam perangkap kami, maka kami berdua berulang-ulang melakukan cerita-cerita berbau mistis dan tak masuk akal dihadapan orang tuaku dan kakakku. Karena seringnya dan berulang-ulang, kakakkupun akhirnya percaya dan memandang suamiku hebat dan punya kemampuan mistis.
Kedua orangtuaku dan satu kakakku sudah masuk dalam perangkap kami. Ide gila dan sebenarnya sungguh menyakitkan ini akan kami laksanakan, karena kami tak punya pilihan dan hati kami sudah benar-benar bulat untuk melakukannya. Sedang hidup kami harus terus berjalan, kebutuhan hidup harus kami penuhi setiap harinya, buat makan setiap hari, buat rokok suamiku, buat kopi suamiku, buat jajan anakku, buat bayar kontrakan, buat pamer di hadapan orang tua, mertua, saudara kandung dan ipar, juga sedikit buat senang-senang.
Kakakku dan suaminya tiap hari bekerja, pergi pagi sebelum matahari terbit dan pulang setelah matahari terbenam, tapi terkadang suaminya juga kena shift siang dan shift malam. Karena rumah kakakku dekat dengan orangtuaku, setiap hari kunci pintu rumahnya selalu dititipkan pada orangtuaku demikian juga kedua anak-anaknya. Kakakku dan suaminya sudah lama bekerja sebagai buruh di sebuah perusahaan PMA milik Jepang, berarti mereka berdua mempunyai gaji yang tidak sekedar UMR saja. Dan jauh dari gaji yang didapatkan oleh suamiku, karena bekerja sebagai petugas keamanan perusahaan outsource yang tiap bulan gajinya selalu dipotong. Nasib o nasib.
Dari kunci rumah milik kakakku yang dititipkan pada orangtuaku terdapat kunci lemari pakaian kakakku. Dan di sinilah awal ide gila ini berjalan. Takkala rumah kakakku kosong, aku pura-pura ke rumahnya dan mengeksplorasi isi lemari pakaiannnya. Benar-benar seorang kakak dan kakak ipar yang bodoh, begitu percayanya hingga tidak tahu dan tidak menyadari kalau adiknya ini telah tumbuh menjadi seorang pribadi kleptomania. Dan dari aksi-aksi pencurian terhadap harta kakakku ini, untuk mencukupi kebutuhan hidupku ini, lama kelaman akupun tidak menyadari bahwa aku sebenarnya telah tumbuh menjadi seorang klepto. Masa bodoh dan biarlah. Kakakku dan iparku tidak bakalan miskin karena uangnya sering aku curi.
Ternyata, sebenarnya kakakku dan iparku ini orang yang teliti. Dan begitu terbukanya mereka berdua kepada orang tuaku dan kami berdua. Sering mereka berdua bercerita dan mengeluh, selalu kehilangan uang yang disimpan di dalam lemari. Karena orang tuaku dan kakakku sudah masuk perangkap kami dan sudah percaya sama kami, maka sekarang tugas suamiku melakukan ritual bohong-bohongan, diam sesaat sambil memejamkan mata dan kemudian dengan suara yang dibuat berwibawa, mulai menjelaskan bahwa yang mengambil uang itu seorang tuyul asli kepunyaan tetangga sebelah rumah dan nanti akan kami beritahu cara menangkap tuyulnya. Entah kenapa dan apakah memang terhipnotis oleh ucapan suamiku, kakakku yang konyol dan orang tuaku yang lugu manggut-manggut saja pertanda percaya, setuju dan membenarkan ucapan suamiku. Hebat pisan euy suamiku. Sesampai di rumah kontrakan kami berdua tertawa lepas terbahak-bahak mengingat konyol dan bodohnya, seorang kakak dan juga kedua orang tuaku. Begitu terus dan berulang-ulang aku dan suamiku berbuat keji dan tega terhadap kakak kandung sendiri. Dan betapa bodohnya dan konyolnya kakakku, iparku juga yang percaya saja sama aku, adiknya dan suamiku, iparnya yang sebenarnya sudah berubah menjadi pribadi yang jahat, aku dan suamiku bukan lagi menjadi seorang adik dan bukan lagi seorang ipar yang manis. Betapa hebatnya kakakku dan suaminya yang masih mempercayai kami berdua, betapa luas hatinya yang masih mengganggap kami berdua ini orang dan pribadi yang baik dan betapa kejinya, teganya kami berdua ini yang sudah buta hatinya sehingga tak punya perasaan manusiawi lagi terhadap saudara kandung sendiri.
Tak terasa sudah mungkin sudah 6 atau 7 tahun aku dan suamiku seperti ini, tak lagi punya perasaan kasihan dengan apa yang kami perbuat selama ini kepada kakakku dan suaminya. Kami berdua masih merasa, sebagai adik bungsu dan anak bungsu yang harus dibantu dan disayangi. Kami berdua mengganggap, perbuatan yang selama ini kami lakukan wajar-wajar saja dan tidak ada yang salah. Kami mengganggap sudah semestinyalah kakakku membantu kehidupan kami, setelah kakak-kakak suamiku angkat tangan terhadap kegelisahan kami. Perbuatan konyol dan jahat ini kami lakukan ini, setelah tidak ada jalan lain lagi. Mungkin kami termasuk orang yang malas dan selalu hanya mengandalkan kebaikan orang lain. Hanya itulah jalan satu-satunya yang bisa kami lakukan untuk mempertahankan hidup, meski harus mengorbankan dan menyakiti hati orang lain. Sungguh teganya kami berdua. Dan kami merasa biasa-biasa saja, tidak ada perasaan bersalah dari perbuatan yang salah ini. Ketika bertemu muka dengan kakakku dan suaminya, raut muka kami ini biasa-biasa saja, kami tidak merasa malu atau merasa bersalah. Mungkin kami sudah menikmati perbuatan ini. Tidak perlu bersusah payah, tidak perlu keluar keringat dan tidak perlu modal. Hanya keberanian bertindak dan keberanian mengolah kata-kata palsu, untuk menyakinkan kepada kakakku, suaminya dan kedua orangtuaku, bahwa tuyul ada dan memang ada. Kami berdua telah berhasil mencuci otaknya, kami telah berhasil mengibulinya dan kami telah berhasil membuatnya menjadi orang bodoh. Misi kami berdua berhasil dan sukses. Padahal foto tuyul, gambar tuyul saja kami tidak tahu... apalgi lihat video tuyul.. Ha..ha..ha..
Tapi, SMS di HP suamiku ini membuatku kembali bertanya-tanya. Benarkah kakakku yang mengirimkannya. Aku hanya menduga-duga , karena dari nomor pengirim SMS ini tidak terdaftar di phone book HP suamiku. Sebuah SMS gelap dan SMS kaleng, mengingatkanku pada “surat kaleng” di jaman dulu. Dari kalimat di SMS itu, aku seakan tersadarkan dan menjadi malu sendiri, “Pak haji benarkah saya menjadi pribadi kleptomani, selama ini saya mengambil uang saudara sendiri. Supaya tidak curiga, saya mengatakannya kalau yang sering mengambil itu tuyul asli. Pak haji, saya menjadi orang yang tega kepada saudara sendiri. Bertemu muka dengannya saya merasa biasa saja dan tidak merasa bersalah. Pak haji apakah saya harus jujur padanya. Mohon nasihatnya.” Ya Tuhanku, suamiku disebut seorang Haji, dan si pengirim SMS ini minta nasihat dari suamiku. Nasihat tentang pengakuan dan pertobatan dari perbuatan jahat, yang sebenarnya telah kami lakukan selama bertahun-tahun. Isi SMS ini sama dengan apa yang aku dan suamiku lakukan dan perbuat selama ini. Dan kenapa suamiku tidak memberitahukanku adanya SMS ini, padahal jam 9 tadi malam itu aku belum tidur. Apa suamiku tak perlu memberitahukanku. Apa suamiku sedang berpikir jahat lagi untuk membuat perhitungan pada si pengirim SMS ini. Aku tidak tahu pikiran apa yang sedang ada di kepala suamiku. Kesadaranku sebagai seorang adik mulai sedikit terbuka, walau sebenarnya masih ada rasa egois di hatiku. Apa jadinya kalau aku dan suamiku mengaku, berkata jujur apa adanya. Ternyata menjaga nama baik dan perbuatan baik itu mahal harganya. Aku masih ingat 2 minggu sebelum lebaran Idul Fitri tahun lalu, seperti biasa aku ingin mencari tambahan uang buat lebaran. Pura-pura aku pergi ke rumah kakakku yang kebetulan kosong, di lemari pakaiannya tidak aku temui selembar uangpun. Dan mataku berbinar-binar, ketika melihat dompet hitam laki-laki di rak plastic yang memang tidak ada kuncinya, aku buka dompetnya wow…satu juta lima ratus ribu rupiah terdiam manis dan menyapaku hangat dari dalam dompet. Kalau diambil semuanya nanti ketahuan, lalu aku ambil sepertiganya. Sebenarnya ada kartu ATM didalamnya tapi sayangnya aku tidak tahu nomor pinnya, mungkin kalau nomor pinnya ada di dalam dompet, sudah pasti akan aku tarik uang di ATM-nya. Sungguh perbuatan sadis dan gila. Lima ratus ribu rupiah cukuplah buat lebaran, buat beli baju baru, buat beli ikan bandeng dan kue cina. Dan betapa bodohnya, konyolnya dan teledornya kakak iparku menaruh dompetnya sembarangan. Mungkin ini sengaja di amalkan buat aku, suamiku dan anakku. Ha…ha..ha..
Ingat lima ratus ribu rupiah, ingat 2 tahun yang lalu. Saat suamiku minta pinjaman uang satu juta rupiah pada kakak iparku, buat pindah kontrakan, ternyata hanya di kasih setengahnya, lima ratus ribu rupiah saja. Lalu sisanya bagaimana, akhirnya aku dapat dari lemari pakaian kakakku, ketika rumahnya dalam keadaan kosong. Horee…janjiku dan suamiku pada yang punya kontrakan telah terpenuhi. Tapi sesungguhnya aku telah menyakiti kakakku. Telah banyak bantuan yang aku peroleh dari kakakku, aku disekolahkan, aku sering pinjam uang padanya yang selalu aku janji akan aku bayar tapi kenyataannya aku tidak pernah melunasi janji itu, ketika aku menikah juga dibantu, ketika aku melahirkan juga dibantu, ketika anakku sakit dibantu biaya pengobatannya, ketika suamiku di phk aku dipinjami uang buat beli motor bekas, katanya supaya suamiku bisa cari pekerjaan lagi, tapi sayangnya motor dari uang pinjaman harus kami jual dan belum kami lunasi dan ketika aku keguguran hanya kakakkulah satu-satunya yang bisa menanggung biayanya, saudara-saudara suamiku masa bodoh. Dan karena egoisnya kami berdua , semua bantuan kakakku yang ikhlas itu seakan-akan tidak pernah ada, kami masih mengganggapnya sebagai orang yang pelit dan bantuannya itu nilainya tak seberapa. Sungguh naifnya kami berdua.
Terakhir perbuatan jahatku terhadap kakakku, aku lakukan ketika ibuku merengek-rengek minta ikut rekreasi di pengajian anakku. Sebagai seorang yang ingin dianggap anak paling mengerti orang tua, aku mengiyakan. Berarti aku sudah berjanji pada ibuku, berarti aku harus membayarinya sebesar seratus ribu rupiah. Lalu uangnya darimana, sedang suamiku tidak ada pekerjaan tetap. Jalan satu-satunya hanya uang yang ada di lemari pakaian kakakku. Padahal sebulan sebelumnya aku sudah ditolong kakakku yang membantu biaya rumah sakit karena aku keguguran kandungan. Dan 3 minggu sebelum aku dikiret, aku telah mengambil uang di dompet suaminya sebesar lima ratus ribu rupiah. Sungguh kejamnya wahai diriku. Sungguh dan sungguh tidak berperasaan hatiku.
Hari kian merambah pagi, hujanpu belum berhenti, mataku sembab oleh airmata ini. Kuatkah aku berkata jujur dan mengakui perbuatan jahat ini. Maukah suamiku berkata jujur juga? Apa reaksi orang tuaku, karena selama ini kami, aku dan suamiku telah dianggap sebagai anak yang manis dan menantu yang manis. Ya kami berdua adalah anak kesayangan. Apakah suamiku juga sanggup melepaskan gelar yang disandangnya sebagai orang yang mempunyai kemampuan mistis di mata orang tuaku, yang ternyata hanyalah akal-akalan kami berdua, agar perbuatan jahat kami tidak terbongkar. Apakah kami berdua sanggup di caci maki, dianggap saudara yang tidak tahu diuntung, saudara yang tidak tahu arti membalas budi. Atau apakah orang tuaku akan menutup-nutupi perbuatan kami, membenarkan perbuatan kami dan masih iba dengan apa yang telah kami perbuat kepada kakakku. Aku yakin orang tuaku akan kasihan dan membela kami, karena kami dianggap sebagai anak yang harus dikasihani. Sungguh berat berkata jujur dan mengatakan apa adanya. Sungguh berat rasanya hidup miskin, miskin harta dan miskin jiwa.
Aku semakin galau. Adzan Subuh mulai terdengar perlahan dan bersahut-sahutan. Hujanpun semakin deras di luar sana. Aku tak punya jawaban lagi. Aku tak tahu harus kemana lagi. Aku ingin mengakhiri semuanya ini dengan indah. Kuseka air mata ini yang telah membasahi pipi. Kulangkahkan kakiku ke belakang, kuambil air wudhu dan bersuci. “Terima kasih Ya Tuhanku, SMS ini telah menjadikanku manusia yang punya rasa malu lagi. Tuhanku, aku ingin bertemu dengan-Mu dan ingin mengucapkan rasa terima kasihku padamu”. Dan…dengan satu lompatan kecil aku telah tergantung mati dalam keadaan suci. Dan di bawahku tergelatak HP suamiku, dengan pesan terkirim kepada sang pengirim SMS itu, “Kakakku yang kusayangi selalu, maafkan aku kak, aku telah gagal menjadi adikmu yang manis. Kakakku aku akan merindukanmu selalu”. Biarlah suamiku yang bisa menjelaskan semuanya ini. Dan aku tak sanggup menjelaskannya. Karena aku telah mati tergantung dalam keadaan suci. Semoga Tuhan masih iba kepadaku, seseorang yang pernah kehilangan rasa malu ini. Kakakku, maafkan aku ya.
Note : Tuyul adalah nama sejenis makhluk halus yang konon berupa bocah berkepala gundul, dapat diperintah oleh orang memeliharanya untuk mencuri uang milik orang lain dan sebagainya.