fakta unik Indonesia, Setiap perusahaan/pabrik yang berlokasi di
Cibitung/Cikarang/Karawang, biasanya dituntut
atau tidak dituntut menyediakan
sarana transportasi yang berupa bis/mobil jemputan bagi karyawan atau buruh-nya. Ada pabrik di Indonesia yang memberikan uang transportasi karyawan dan sekaligus bis/mobil jembutan karyawan. Ada yang hanya menyediakan fasilitas mobil/bis jemputan karyawan saja atau hanya memberikan uang transportasi karyawan saja tanpa bis jemputan karyawan.
Ada bis buruh yang
berkelas “mobil odong-odong’’ alias asal
bisa jalan saja, ada kursinya meski sudah bolong-bolong dan karyawan/buruh bisa diantar sampai pabrik atau diturunkan di pick up point terdekat ketika pulang
kerja. Bisnya sudah jelek dan interior
dalamnya jelek pula, seperti tidak diurus.
Kemudian ada bis karyawan yang umum kelas standard dan bisanya dari perusahaan
transportasi “bis Hiba Utama” (tidak promosi ya) yang
memang mengkhususkan jasa antar jemput
karyawan. Bisnya masih dibilang bagus dan interior
dalamnya bagus pula. Karyawan pabrikpun biasanya senang jika pabriknya
menggunakan bis kelas ini, tidak jelek dan tidak mewah, sedang-sedang saja. Namun jika pabrik menginginkan bis dengan
biaya lebih mahal, tentunya perusahaan jasa transportasi ini tidak menutup mata
untuk melayaninya.
Dan terakhir bis
karyawan yang “sungguh berkelas” , ber-AC, ada televisi-nya dan interior dalamnya sedikit mewah. Di jamin,
karyawan yang ikut naik jemputan bis ini merasa nyaman, betah dan akan “naik derajatnya?’’, ha..ha..ha..
Sebenarnya bis karyawan ini bukan masalah kelas odong-odong, kelas standard atau ber-AC. Sesungguhnya yang diinginkan
karyawan/buruh pabrik, yang penting bisa sampai pabrik dan diantar pulang meski
hanya sampai pick up point yang
terdekat. Dan yang lebih utama, bisa
tidur dan meneruskan tidur di dalam bis, entah itu akan berangkat kerja shift 1, 2 atau 3.
Tidur dalam bis jemputan karyawan sungguh enak dan mengasyikan. Apalagi jika jalanan menuju pabrik macet dan sering macet. Yang seharusnya
bisa ditempuh dalam jangka waktu 30 menit, kadang-kadang bisa sampai 1 jam.
Tapi tergantung juga dari lokasi start awal
bis jemputan karyawan, kalau dari Jakarta dan pabriknya di Cikarang Bekasi yang
pasti jarak dan waktu tempuhnya akan lebih lama, dibandingkan dengan yang start awalnya dari
Bekasi/Tambun/Cibitung/Cikarang.
Jika jalanan menuju pabrik macet parah, tentunya tiba di
pabrik akan lebih lama dan ini yang biasanya diinginkan para buruh/karyawan
pabrik. Jam kerjanya berkurang
gara-gara macet. Dan tidurnyapun di dalam bis akan lebih lama dan pulas,
kecuali jika tidak sering bangun-bangun, bukannya nyenyak malah pusing di
kepala.
Dan kalau sudah begini, sampai di pabrik ternyata bisnya lebih
sering telat. Biasanya pihak manajemen pabrik (biasanya diurus bagian General Affais) akan mereview dan kemudian merubah jadwal
keberangkatan bis karyawan menjadi lebih awal. Akibatnya para buruh/karyawan
pabrik dituntut pula untuk stand by
lebih awal di lokasi keberangkatan bis.
Dari hasil survey dan
pengamatan, ternyata yang sering tidur didalam bis karyawan biasanya
karyawan/buruh pabrik yang sudah senior,
yang sudah bapak-bapak, yang sudah emak-emak
dan yang suami istri. Biasanya mereka ini “tipe
pekerja keras” (ha..ha..ha..)
dan mungkin saja sudah capek dengan urusan pekerjaan di rumah.
Mereka-mereka ini kalau di dalam bis karyawan biasanya duduk dideretan depan
dan tengah bis.
Ada juga buruh-buruh yang duduknya di deretan paling
belakang bis, biasanya mereka-mereka ini tidak tidur selama dalam perjalanan
menuju pabrik . Yang mereka lakukan mengobrol
dan sambil merokok ( jika bisnya
tidak ber-AC). Kalau yang ini-ini
biasanya para buruh yang masih muda-muda.
Lain halnya kalau ada sepasang
buruh muda yang sudah jadian
alias sedang pacaran. Biasanya mereka ini duduk di bangku 2. Mereka ini tidak
tidur dalam perjalanan menuju pabrik. Ada saja yang diobrolkan. Maklum, lagi
pacaran.
Hal yang sama yang sering dilakukan para buruh ketika di
dalam bis, ketika masuk kerja pagi/shift 1, adalah sarapan pagi di dalam bis. Ada yang sekedar makan roti, makan nasi
goreng dari rumah, makan nasi uduk yang
dibeli di jalan dan mungkin bisa saling tukeran
lauk.
Ternyata masih ada pabrik yang membedakan jemputan
karyawannya. Hal ini bisa dimungkinkan jika jam
operasional produksi pabrik berbeda dengan jam operasional staff pabrik. Biasanya pihak pabrik akan
menyediakan sarana transportasi yang ukurannya lebih kecil untuk para staff
pabrik. Dan biasanya pula kelasnya agak sedikit lebih mewah dan ber-AC.
Yang tidak bisa di hindari oleh para buruh pabrik setiap habis gajian adalah “kesadaran saweran” untuk pak sopir. Maksudnya, supaya pak sopir
yang membawa bis, berangkatnya jangan terlalu “ngepas”, jadi kalau buruh yang ketinggalan masih bisa ngejar bisnya???