fakta unik Indonesia, Geliat investasi penanaman modal asing, telah menumbuhkan
berdirinya pabrik-pabrik baru di Indonesia. Adanya pabrik-pabrik PMA di
Indonesia, berarti pula ada tenaga-tenaga kerja asing sebagai tenaga ahlinya,
yang akan mentransfer ilmunya kepada para buruh local Indonesia.
Banyak expat (orang asing) yang bekerja di pabrik yang ada
di Indonesia. Ada expat dari Singapore, Malaysia, China, Korea, Jepang, Taiwan,
India, Negara-negara Eropa, Amerika Serikat, Australia dan lain-lain.
Biasanya mereka ini menduduki jabatan sebagai Presiden
Direktur, Direktur, Manajer , dan advisor di pabrik-pabrik perusahaan PMA (penanaman
modal asing). Mereka-mereka ini merupakan kepanjangan tangan dari pemiliknya.
Dan mereka-mereka ini merupakan orang-orang kepercayaan dari pemilik pabrik.
Ada kalanya mereka-mereka ini (para expats) dari sananya,
dari Negara asalnya, dan dari pabrik pusatnya sudah menduduki jabatan dan
memiliki jabatan tertentu, entah itu direktur, manajer, supervisor, senior
leader atau senior operator .
Dan ketika mereka-mereka ini di transfer ke pabrik yang ada
di Indonesia, jabatan mereka di Indonesia sendirinya juga akan naik dan
berubah. Yang dari buruh senior operator
sewaktu bekerja di pabrik Negara asalnya, maka ketika bekerja di pabrik yang
ada di Indonesia mereka ini bisa saja menjadi seorang buruh Advisor. Yang dari senior
Leader bisa saja menjadi seorang manajer, yang dari supervisor bisa menjadi
manajer dan seterusnya. Dan orang-orang pilihan sajalah yang akan dikirim
mentransfer ilmunya di pabrik yang ada di Indonesia. Meski nantinya ketika
mereka kembali Negara asalnya, mereka akan kembali dengan jabatannya yang
semula. Dan tentunya tidak akan mendapatkan fasilitas yang berlimpah, seperti
ketika berada di pabrik yang ada di Indonesia.
Bahasa Indonesia (lebih di kenal dengan istilah dan sebutan
“bahasa” saja) adalah bahasa local yang harus dipelajari oleh para expat.
Bahasa sebagai alat komunikasi merupakan hal pokok yang harus dipahami dan
dimengerti oleh para expat, agar transfer ilmu di dalam pabrik dapat terjadi
dengan lancar. Maka jangan heran para expat yang bekerja di pabrik di Indonesia
ini beberapa bulan saja sudah sedikit mengerti dan paham akan Bahasa
(Indonesia). Karena mereka-mereka ini secara langsung belajar secara
private Bahasa Indonesia dan secara
tidak langsung juga belajar mengenai kultur serta budaya Indonesia.
Namun ada kalanya pemahaman bahasa Indonesia masing-masing
expats berbeda-beda. Sebagai contoh, ada expat dari Jepang yang menduduki
jabatan sebagai manajer di sebuah pabrik PMA di Indonesia. Expat ini mempunyai
sifat agak temperamental, ketika sedang marah kepada bawahannya buruh local Indonesia
dan menganggap buruh tersebut tidak paham dengan apa yang ia maksud, maka
kata-kata marah yang keluar dari mulutnya adalah,”…..Tidak adakah otak!.....”
Mungkin ia ingin berkata,”Bodoh
kamu!” dan mungkin saja ia merasa tidak enak dan tidak ingin melukai
perasaan buruh Indonesia yang sedang ia marahi, maka ia menggunakan padanan
lain dari kata “bodoh”. Dan ternyata
kata-kata, “Tidak adakah otak,’’ merupakan
ekspresi kemarahan yang tepat buatnya, untuk mengungkapkan bahwa buruh local
Indonesia yang menjadi bawahannya itu tidak mengerti alias bodoh? sedangkan fungsi otak adalah berfikir, jadi si buruh yang dimaki tersebut dianggap tidak berfikir?
Sebenarnya hal biasa jika para expat ini marah, karena penggunaan bahasa Indonesia yang ia gunakan
terkadang tidak dimengerti para buruh local Indonesia. Menggunakan Bahasa
Indonesia secara terbata-bata, sembari juga ia tidak ingin kehilangan wibawa di
hadapannya buruhnya. Sedang buruh yang mendapatkan intruksinya hanya melongo
saja, tidak mengerti apa ia maksud. Kalau sudah begini, biasanya sang expat
akan marah, karena merasa buruh yang ia beri intruksi tidak mengerti dan ia
anggap bodoh di matanya. Jadi ada miskomunikasi
dan mis-link, yang bisa sering
terjadi dan mungkin bahkan berulang-ulang.
Ada juga buruh Indonesia yang sok-sok Japanesse, karena pernah belajar bahasa Jepang, sedikit-sedikit menggunakan Bahasa Jepang, agar lebih di
kenal oleh atasannya yang orang Jepang. Padahal biasanya orang Jepang yang bekerja di pabrik di Indonesia, lebih
suka buruh Indonesia menggunakan Bahasa Indonesia ketika berbicara kepadanya. Hal ini ia
maksudkan agar ia lebih lancar berbahasa Indonesia. Sedang dari buruh Indonesia
yang sok-sok Japanesse , mungkin ia
ingin memperlancar Bahasa Jepang yang pernah ia pelajari, melancarkan kosa kata bahasa Jepang dan kebetulan ada
orang Jepang di pabrik tempatnya bekerja. Tapi ini pabrik bung, bukan tempat
wisata yang banyak turis Jepangnya, bukan tempat kursus bahasa asing dan bukan pula Akademi bahasa Asing.
BUKU CARA BELAJAR BAHASA JEPANG,kosa kata bahasa Jepang,belajar bahasa Jepang,BELAJAR BAHASA JEPANG
TANPA KURSUS